Pondok Pesantren (PP) Fadhlul Mujib Karanganyar Demak selenggarakan hataman juz 'amma, Jum'at (05/02). Hataman ini tergolong istimewa, karena bukannya anak-anak maupun remaja yang menjadi peserta hataman. Melainkan para ibu yang rata-rata usianya telah mencapai umur 59 tahun bahkan 2 orang diantaranya menginjak kepala tujuh.
Jama'ah yang mengikuti hataman berjumlah 9 orang, yaitu Ibu sarifah (76 th), ibu karmini (75 th), Ibu suwarni (68 th), ibu rufiah (63 th), Ibu sukarni (53 th), Ibu Afifah (52 th), Ibu stiyowati (51 th), Ibu suryati (49 th), Ibu Damayanti (48 th).
Para ibu jama'ah mulai belajar membaca al-Quran di PP. Fadhlul Mujib sejak bulan Maret 2020. Bapak KH. Mudatsir selaku pengasuh PP. Fadhlul Mujib menceritakan asal mula didirikannya majlis ta'lim al-Quran bagi para ibu yaitu ketika para ibu mendatangi beliau dan mengutarakan keinginan mereka untuk belajar membaca al-Quran. Penentuan waktu pelaksanaan masih menjadi pertimbangan karena bakda (baca: setelah) maghrib dan isya' sudah ada agenda mengaji maka waktu yang masih senggang hanya bakda shalat subuh. Akhirnya disepakatilah pelaksanaan ngaji al-Quran dilaksanakan setiap hari bakda shalat subuh dan libur pada hari Ahad.
Dibantu istri beliau, Ibu Hj. Nur Tamah, bapak KH. Mudatsir mengajarkan al-Quran mulai dari juz 'amma. Bahkan beberapa ibu ada yang memulainya dari kitab yanbu'a (kitab cetakan dari PP. Yanbu'ul Quran Kudus yang berisi dasar membaca al-Quran). Sungguh semangat yang luar biasa ditunjukan ibu-ibu ini. Spirit yang harus diteladani generasi muda zaman sekarang. Prinsip mencari ilmu sampai ke liang lahad telah diimplementasikan para Ibu jama'ah majlis ta'lim dalam kehidupannya.
Sekarang ini jama'ah majlis ta'lim al-Quran PP. Fadhlul Mujib yang dilaksanakan setiap fajar telah mencapai 50 orang. Metode pembelajaran yang digunakan menggunakan sistem "sorogan". Praktik sistem sorogan yaitu para jama'ah membaca ayat demi ayat didepan guru. Guru mendengarkan bacaan dari jama'ah dan apabila terdapat bacaan yang tidak sesuai maka guru akan membenarkannya.
Sama halnya para pelajar yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan, terdapat perbedaan kemampuan dalam menerima ilmu begitu juga para ibu jama'ah yang tingkat kelancarannya berbeda satu sama lain. Namun, hal itu tidak menjadi berarti ketika semangat belajar para ibu telah membara dalam hati sanubarinya. (rois-red)
0 Komentar