Poto: KH. Anshori memberikan sambutan pada pembukaan lomba dalam rangka memperingati HSN 2021 (Dok. Saadudin)

Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdhatul Ulama' (MWC NU) Karanganyar Demak KH. Anshori mengingatkan warga NU harus meneladani sikap ikhlas berjuang para ulama' nahdhiyyin dan berpegang teguh pada kalam mutiara para ulama'. Ini disampaikan beliau ketika memberikan sambutan pada pembukaan lomba dalam rangka memperingati Hari Santri 2021 yang diselenggarakan MWC NU Karanganyar Demak dan banom - banomya di gedung MWC NU Karanganyar Demak, Ahad (17/10).

Dalam sambutannya KH. Anshori meminta agar warga NU mengingat, meresapi dan mengaplikasikan kalam mutiara ketiga ulama' nahdhiyyin. Ketiga ulama' yang dimaksud yaitu KH. Hasyim Asy'ari, KHR. Asnawi dan KH. Hasyim Muzadi.

"Tidak usah khawatir khidmah di NU. Insya Allah dari khidmah NU kita akan diakui sebagai murid Mbah KH. Hasyim Asy'ari sebagaimana dawuh beliau "sopo wonge gelem ngurusi NU, tak anggep santriku. Sopo wonge dadi santriku tak dongakno husnul khatimah sak keluargane" (Indo- Siapa yang mau mengurusi NU, aku anggap santriku. Siapa yang jadi santriku, maka aku doakan husnul khatimah beserta keluarganya)", tuturnya.

Poto: Peserta lomba dalam rangka memperingati HSN 2021 (Dok. Saadudin)

Lanjut lagi, KH. Anshori mengingatkan agar warga NU jangan sampai mencari penghidupan dari organisasi NU. Menurutnya, NU bukanlah tempat orang mencari mata pencaharian melainkan wadah untuk perjuangan.

"Ingat perkataan muharrik NU Mbah KHR. Asnawi Kudus "hidupilah NU, jangan hidup dari NU", tambahnya.

Di akhir sambutannya KH. Anshori mengutip kalam mutiara dari mantan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi agar selalu berjuang untuk kemaslahatan umat.

“Kemaslahatan umat jadikan prioritas utama sebagaimana yang disampaiakan Mbah KH. Hasyim Muzadi "Orang yang tidak memperjuangkan umat tidak akan kekurangan dan orang yang memperjuangkan diri sendiri belum tentu berlebihan. Orang yang tidak berbuat apapun untuk kemaslahatan umat, justru akan dililit oleh permasalahannya sendiri", pungkasnya.

Penulis: Taufikul Lutfi Rois