![]() |
Sumber foto: sumsel.tribunnews.com |
Betapa besar jasa seorang ibu sehingga nabi pun menjunjung tinggi derajat para ibu dengan menyebut surga di bawah telapak kaki ibu. Pesan dari hadits ini yaitu berbaktilah pada ibumu niscaya surga tempatmu.
Sejarah Singkat Hari Ibu di Indonesia
Untuk mengenang jasa-jasa seorang ibu, beberapa negara di belahan dunia menetapkan tanggal khusus untuk memperingati hari ibu. Di lansir dari wikipedia.org lebih dari 75 negara di dunia menetapkan bulan Mei sebagai peringatan hari ibu atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mother's Day. Sedangkan, di Indoseia hari ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember.
Mengutip dari bpmpriau.kemdikbud.go.id bahwa pada tahun 1959 Presiden R.I. Ir. Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Penetapan ini untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa melalui Konggres Perempuan Indonesia I yang diselenggaran pada tanggal 22 - 25 Desember 1928 bertempat di Yogyakarta. Dari peristiwa ini ditetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.
Pandangan Ulama' terhadap peringatan hari ibu
Peringatan Hari Ibu juga tidak lepas dari pandangan ulama' islam. Melansir dari situs islam.nu.or.id disebutkan terdapat khilafiyyah di antara ulama' dalam menetapkan hukum memperingati Hari Ibu. Sebagian ulama' seperti Syekh Abdul Aziz bin Baz, Syekh Shalih al Fauzan, Syekh Muhammad bin Shaleh al Utsaimin dan Lembaga Fatwa Arab Saudi mengharamkan peringatan Hari Ibu dengan dasar nabi tidak pernah melakukannya dan dianggap menyerupai tradisi orang kafir.
Sedangkan ulama' lain seperti Syekh Syauqi Allam, Syekh Ali Jum'ah, Syekh Abdul Fattah Asyur, Syekh Muhammad Ismail Bakar dan Lembaga Fatwa Mesir memperbolehkan peringatan Hari Ibu. Karena peringatan ini merupakan wujud rasa syukur dan berbuat baik kepada ibu. Meskipun demikian, dalam Islam berbakti dan bersyukur atas jasa ibu tidak terbatas pada saat peringatan hari ibu saja, melainkan setiap saat dan sepanjang hayat.
Berbuat baik kepada ibu
Berbuat baik kepada orang tua merupakan keharusan. Allah Swt. memerintahkan untuk berbuat baik dan bersyukur kepada orang tua.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya (ibu-bapak); ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu (ibu bapakmu), hanya kepada-Ku lah kembalimu” (QS Luqman: 14).
Dan Allah Swt. melarang menyakiti kedua orang tua sekalipun dengan perkataan "ah"
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (QS Al-Isra : 23).
Nabi sungguh memuliakan seorang ibu. Bahkan nabi menempatkan ibu sebagai orang yang paling berhak mendapat perilaku baik dari anaknya. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhory menerangkan nabi menjawab pertanyaan seorang sahabat yang menanyakan tentang orang yang paling berhak diperlakukan baik. Nabi menjawab ibu sampai tiga kali kemudian baru ayah dijawaban keempat.
Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:
يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ
Artinya: “Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya”.
Penulis: Taufikul Lutfi Rois
0 Komentar