 |
Foto: KH. Ahmad Asnawi menutup majlis dengan doa. (Dok. Rois) |
Bagian dari cabang iman adalah militansi beragama. Yaitu dimana seseorang lebih rela terbunuh menegakkan agama Islam dari pada terjerumus masuk dalam kekufuran. Dan ia mengerti bahwa agamanya (agama islam) lebih mulia dibanding seluruh anak dan harta bendanya.
Demikian yang disampaikan KH. Ahmad Asnawi saat menyampaikan kajian Kitab Qomi'ut Thugyan 'ala Mandzumati Syu'abil Iman karya Syaikh Nawawi al-Bantany di Pondok Pesantren Tahfidz al-Hasan al-Khurry Ngemplik Wetan beberapa hari lalu.
"Sebagai contoh militansi beragama sebagaimana kisah tentara kholifah Umar bin Abdul Aziz dalam kitab Qomi'ut Thugyan saat mereka ditawan oleh kaisar Rum", tutur beliau.
Tentara Islam, lanjut KH. Ahmad Asnawi, mengalami kekalahan saat melawan pasukan Rum sehingga 20 tentara Islam menjadi tawanan. Kaisar Rum mengambil satu tawanan dari penjara dan memerintahkannya untuk masuk ke dalam agamanya Kaisar Rum dan menyembah berhala. Jika mau melakukannya ia dijanjikan sebuah jabatan dan kemewahan duniawi. Namun, jika menolak akan dipenggal kepalanya dihadapan banyak orang. Tawanan tersebut lebih memilih agamanya dan tidak akan menggadaikannya dengan kemewahan dunia. Akhirnya, konsekuensi pedih diterima tentara tersebut hingga dipenggallah kepalanya di alun-alun disaksikan banyak orang. Seketika kepala tentara terbang dan berputar seraya melafadzkan Surat al-Fajr Ayat 27-30:
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ
Artinya: "Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku".
"Sontak Kaisar marah dan memerintahkan untuk membawa tawanan kedua kehadapannya. Sama halnya dengan tawanan pertama, tawanan kedua diberi pilihan yang tak jauh berbeda. Jawaban yang sama pun disampaikan tentara tersebut dengan menolak mentah-mentah tawaran Kaisar dan lebih memilih mati daripada masuk dalam agamanya Kaisar Rum", tutur KH. Ahmad Asnawi.
Dengan lantang, lanjut beliau, tentara berucap walaupun engkau mampu memenggal kepalaku tapi kau tak kan mampun memenggal imanku. Kaisar Rum lantas murka dan memerintahkan algojo untuk mengeksekusi tentara pemberani ini. Saat dipenggal, kepala tentara terbang berputar di atas sebanyak tiga kali sambil membaca Surat al-Haqqoh ayat 21 - 23 :
فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ، فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ، قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ
Artinya: "Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang
tinggi, buah-buahannya dekat".
Setelah melafadzkan ayat al-Qur'an kepala tersebut berhenti disamping kepala pertama. Mendengar ayat-ayat yang dibaca Kaisar Rum semakin murka dan memerintah mengambil tawanan ketiga untuk diberi pilihan yang sama.
"Singkat cerita tentara ketiga lebih memilih murtad dengan menyembah berhala dan mendapatkan kemewahan dunia yang ditawarkan Kaisar. Mendengar tawanan ketiga siap keluar dari Islam Kaisar Rum sangat senang dan memerintahkan menterinya untuk memberikan fasilitas yang dijanjikannya", lanjut KH. Ahmad Asnawi.
Sang menteri tidak serta merta menuruti perkataan Kaisar. Ia malah meminta agar Kaisar memerintahkan tentara yang laknat tadi untuk membunuh temannya sebagai bukti atas kesetiaannya terhadap Kaisar. Akhirnya ia menuruti permintaan Kaisar dengan membunuh temannya.
"Kaisar puas dengan apa yang dilakukan tentara laknat. Segera ia minta menteri untuk memberikan jabatan padanya. Namun, sang menteri lebih licik dengan menyampaikan pada Kaisar bahwa keberadaan tentara tersebut dapat membahayakan Kaisar", lanjut KH. Ahmad Asnawi.
Jika kawan seperjuangan rela ia bunuh apalagi Kaisar Rum yang baru saja dikenal dan diikutinya. Menteri memberi masukan agar tentara laknat tersebut dibunuh sebagaimana tentara yang pertama dan kedua. Kaisar pun mengikuti perkataan menterinya dan dipenggal lah kepala tentara laknat tersebut. Saat dipenggal kepala tentara terbang berputar tiga kali sambil membaca Surat Az Zumar ayat 19 :
اَفَمَنْ حَقَّ عَلَيْهِ كَلِمَةُ الْعَذَابِۗ اَفَاَنْتَ تُنْقِذُ مَنْ فِى النَّارِ ۚ
Artinya: "Maka apakah (engkau hendak mengubah nasib) orang-orang yang telah dipastikan mendapat azab? Apakah engkau (Muhammad) akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka?"
Setelah itu, kepala tersebut jatuh menjauh dari kedua kepala sahabatnya dan berada di pojok alun-alun. Hal ini menandakan bahwa ia telah jadi orang laknat yang menerima siksa Allah نعوذ بالله من ذالك.
Diakhir pengajian KH. Ahmad Asnawi mengatakan ini lah yang menjadikan para wali Allah tidak dapat tidur dan selalu menangis memohon kepada sang pencipta agar dapat meninggalkan bumi dengan keadaan husnul khotimah. Semoga kita semua mendapat syafaat-Nya hingga mampu menghembuskan nafas terakhir dengan lafadz La Ilaha Illallah. Amin ya Robbal Alamin.
Penulis: Taufikul Lutfi Rois
0 Komentar